REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sekjen Ikatan Dai Indonesia (Ikadi), Ustadz Ahmad Kusyairi Suhail, mengatakan berdakwah merupakan amalan mulia. Kemuliaannya harus dibarengi dengan metode, cara dan etika yang baik dan mulia pula.
ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik” (QS An Nahl 125).
“Kata hikmah di sini mencakup metode dan etika berdakwah,”ujar dia kepada Republika.co.id, Selasa (24/8). Di ayat yang lain, Allah SWT berfirman:
قُلْ هَٰذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي
“Katakanlah (Muhammad), “Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah di atas ilmu.” (QS Yusuf 108).
Kata bashirah dalam ayat ini juga mengajarkan pentingnya berdakwah dilandasi atas ilmu dakwah, etika dan metode yang benar.
Apalagi ketika hidupa di negeri kita, Indonesia yang majemuk, maka keberhasilan dakwah bukan hanya bertumpu pada konten yang baik saja, melainkan juga sangat ditentukan juga oleh etika yang baik dan metode yang tepat.
Di era kemajuan teknologi seperti sekarang ini, yang ditunjukkan dengan adanya sarana dan media online yang berkembang sangat pesat. Tentu, ada etika berdakwah yang secara umum sama, baik ketika berdakwah secara tatap muka atau bedakwah dengan media online.
Berdakwah di media online, karena penyebarannya cepat dan luas, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
“Para dai harus memastikan semua pengetahuan dan info yang disampaikan adalah benar dan jujur, dan didasarkan pada bukti dan fakta (bukan hoaks) dan diungkapkan dengan tulus, semata-mata ingin kebaikan dan perbaikan. Tanpa ada motif dan tendensi apa pun. Dalam bahasa agama, benar-benar lillaahi Ta’ala,” jelas dia
Ustadz Suhail menyarankan kepada para dai-dai muda yang kini mulai banyak aktif berdakwah di media sosial untuk terus semangat belajar dan belajar. Karena ilmu itu bukan hanya memperluas cakrawala dan wawasan seseorang, melainkan juga mendewasakan sikap dan perilaku sehingga akan menjadi pribadi dai yang amanah dan penuh mas’uliyah (bertanggung jawab).
“Dai muda juga penting menjaga hati untuk terus ikhlas berdakwah karena Allah. Hindari fitnah, ghibah, namimah (adu domba), menyebarkan permusuhan, dan melakukan ujaran kebencian,” tutur dia.
Bijak dalam menyampaikan konten yang benar dengan melihat karakter dan kultur audien atau objek dakwah, tempat dan waktu. Karena sayyidina Ali bin Abu Thalib RA berkata:
حدثوا الناس بما يعرفون
“Bicaralah (berkomunikasilah) dengan manusia dengan apa yang mereka mengerti.” (HR.Bukhari).
Bagi dai-dai senior, tentu harus bisa menjadi teladan yang baik bagi para dai-dai muda ketika berdakwah di media sosial. Dan juga belajar untuk dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman dengan memanfaatkan media online. Sehingga nilai-nilai kebaikan terus bisa tersampaikan dan masyarakat tercerahkan.
Hal tersebut akan berdampak pada keadaan yang semakin lebih baik dalam semua sisinya, lebih baik akidahnya, lebih baik akhlaknya, lebih baik ilmunya, lebih baik ekonomimya, dan akhirnya pasti akan berpengaruh pada kebaikan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sumber: Republika